Dampak Menyeramkan Yang Disebabkan Depresi Pada Otak
Depresi pada umumnya merupakan suasana di mana di tandai dengan perasaan sedih yang berlajut dan berakibat pada munculnya perasaan tidak berdaya, putus asa, atau tidak berhrga. Depresi juga dapat mengakibatkan renggangnya hubungan dengan keluarga, teman maupun kerabat.Depresi juga termasuk salah satu masalah kejiwan. Gangguan ini dapat sangat mempengaruhi orang yang sedang dilanda depresi secara psikologis, dan berpotensi merusak struktur fisik di otak.
Perubahan fisik ini biasanya berupa peradangan dan kurangnya asupan oksigen, sehingga terjadi penyusutan otak. Depresi dapat sangat mempengaruhi sistem saraf anda.
Dampak Menyeramkan Yang Disebabkan Depresi Pada Otak
Dan ternyata depresi ini pun memiliki dampak menyeramkan pada otak, penasaran apa saja dampaknya terhadap otak? Mari kita bahas diantaranya di bawah ini.1. Terjadinya Penyusutan Otak
Penelitian terbaru menemukan bukti bahwa bagian tertentu di dalam otak pasien yang mengidap depresi menujukkan adanya penyusutan. Pertanyaan yang sedang di cari jawabannya oleh para peneliti saat ini adalah bagian otak mana yang bisa menyusut akibat dari depresi dan sampai sejauh mana penyusutan itu bisa terjadi.
Meski demikian, studi yang ada saat ini menunjukkan bahwa bagian-bagian yang mungkin mengalami penyusutan adalah hipokampus, talamus, amigdala, lobus frontal dan korteks prefrontal. Penyusutan yang mungkin terjadi dipengaruhi oleh breapa lamanya mengidap derepsi dan tingkat keseriusannya.
Bisa disimpulkan, ketika otak menyusut, fungsi yang terkait dengan bagian otak tersbeut ikut terpengaruh. Misalnya korteks prefrontal dan amigdala bersinergi untuk mengendalikan respons emosional dan pengenlan isyarat emosional pada orang lain. Penyusutan di bagian ini sangat berpontensi menimbulkan penurunan empati pada individu yang mengalami depresi postpartum (PPD).
2. Peradangan Otak
Penelitian terbaru juga telah menemukan mata rantai antara inflamasi dan depresi. walaupun begitu masih belum bisa di pastikan apakah inflamasi yang menyebabkan depresi atau sebaliknya.
Inflamasi otak selama depresi dikaitkan dengan lamanya seseoreang menderita derepsi. Sebuah penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa orang-orang yang mengidap depresi selama lebih daru sepuluh tahun mengalami inflamasi atau peradangan hingga 30 persen lebih berat dari pada orang-orang yang menderita depresi dalam periode waktu yang lebih singkat.
Karena inflamasi otak bisa menyebabkan sel-sel otak menjadi mati, kondisi ini bisa berujung pada penyusutan otak, penurunan fungsi Neurotransmiter, dan berkurangnya kemampuan otak untuk berubah seiring pertambahan usia.
Bersama kondisi diatas, lambatnya tumbuh kembang otak, kesulitan untuk belajar, daya ingat yang rendah, dan suasan hati yang tidak stabil juga bisa menjadi dampak lainnya.
3. Kekurangan Oksigen
Depresi bisa dikaitkan dengan berkurangnya oksigen dalam tubuh. Perubahan ini mungkin karena perubahan pernapasan yang disebabkan oleh depresi. Namun masih belum di ketehui secara pasti apakah depresi yang menyebabkan kurangnya oksigen atau justu kurangnya oksigen yang menjadi pemicu timbulnya depresi.
Faktor sel yang di produksi sebagai respons terhadap otak yang tidak mendapatkan cukup oksigen atau hipoksia meningkat pada sel-sel imun spesifik yang ditemukan dengan gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar.
Secara keseluruhan, otak sangat sensitif terhadap penurunan jumlah oksigen, sehingga dapat menyebabkan peradangan, cedera pada sel otak, atau bahkan kematian sel otak.
Seperti yuang telah kita bahas sebelumnya, perdangan dan kematian sel dapat mengarah pada sejumlah gangguan petumbuhan, pembelajaran, ingatandan suasana hati.
Bahkan hipoksia jangka pendek dapat menyebabkan kebingungan, seperti yang biasa terjadi pada pendaki gunung. Kurangnya oksigen membuat konsentrasi menjadi semkain menurun dan mudah tersesat.
4. Perubahan Jaringan dan Struktur Otak
Efek dari depresi terhadap otak juga bisa berujung pada perubahan struktural dan jaringan otak. Kondisi ini meliputi penurunan fungsi hipokampus yang berdampak pada gangguan memori, penurunan fungsi korteks prefrontal yang berkaitan dengan konsentrasi, serta penurunan fungsi amigdala yang mempengaruhi suasana hati dan regulasi emosi.
Baca Juga Artikel Lainnya:
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.