LiveChat

Sabtu, 24 Oktober 2020

Beberapa Kondisi Psikologis Yang Bisa Berujung Pada Gangguan Kejiwaan

Beberapa Kondisi Psikologis Yang Bisa Berujung Pada Gangguan Kejiwaan
Beberapa Kondisi Psikologis Yang Bisa Berujung Pada Gangguan Kejiwaan

Beberapa Kondisi Psikologis Yang Bisa Berujung Pada Gangguan Kejiwaan

Tips Orang Sehat - Kondisi stres yang dialami oleh seseorang bisa menjadi semakin parah ketika terus dibiarkan begitu saja. Terjadinya stres ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.

Stressor adalah segala sesuatu yang membuat orang tertekan secara psikologis. Stressor ini setidaknya memicu 4 kondisi psikologis yaitu frustasi, konflik, tekanan dan krisis.

Menurut psikologis dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru, Surabaya, Naftalia Kusumawardhani,S.Psi, M.si, seseorang yang mengalami kondisi tertekan tidak tiba-tiba akan mengalami gangguan kejiwaan.

"Jadi sebetulnya agak panjang perjalanannya, tidak tiba-tiba gila orang awam bilangm" ujar NAftalia dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, proses seseorang menuju fase orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) itu panjang. Ada setidaknya 4 fase atau kondisi yang akan dilalui seseoreang sebelum sampai pada istilah ODGJ.

"Jika kita bisa mengetahui (prosesnya) sedini mungkin pertolongan bisa diberikan dan harapannya distres itu bisa diminimalkan," terangnya.


Klikbola88
Klikbola88 Agen Sportbook Dan Slot Game

Dari 4 fase atau kondisi psikologis tersebut, yang pertama adalah frustasi. Fase ini biasanya dipicu ketika seseorang ingin mendapatkan sesuatu namun ada hambatan. Menurut orang tersebut, hambatannya sangat berat walau bisa jadi menurut orang lain hambatannya sederhana.

"Yang kedua adalah konflik. Fase ini terjadi keitika orang bingung memilih dua kondisi. Memilih satu berarti membuang yang lainnya. Misal, milih istri atau orang tua, milih mengutamakan keinginan anak pertama atau kedua, dan sebagainya. Kalau orangtua terus menerus dihadapkan dengan konflik ya dia sakit, bukan hanya fisik tapi mentalnya juga," ungkapnya.

Fase ketiga adalah tekanan berupa tuntutan dari dalam maupun dari luar diri yang datang terus menerus, bertumpuk dan berlkangsung lama.

Naftalia mencontahkan tekanan bisa datang dari orangtua yang menuntut anaknya  untuk melakukan sesuatu yang tidak realistis. Misalnya harus selalu juara di sekolah dan berprestasi di berbagai bidang lain dengan tuntutan yang terus menerus. Namun akan tidak pernah diberi kesempatan untuk mengemukakan keinginan pribadinya.

"Kondisi ini akan membuat seseorang ada dalam tekanan, dia akan cape, tidak hanya fisiknya tapi mentalnya juga," ujar Naftalia.

Kondisi keempat adalah krisis. Kondisi ini dipicu oleh stressor yang bear, emndadak dantidak dinprediksi sebelumnya.

"Contohnya kondisi pandemi corona seperti saat ini tidak bisa di prediksi, tidak ada orang yang siap menghadapi kondisi seperti saat ini. Tiba-tiba pekerjaan hilang, tiba-tiba kebutuhan meningkat, pelanggan pindah ke orang lain yang lebih murah, dan sebagianya," tandasnya.

Baca Juga Artikel Lainnya:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.