LiveChat

Minggu, 11 Februari 2018

Mitos Kecanduan Seks Dari Mantan Pecandu


Tips Orang Sehat - Erica Garza, mantan pecandu seks berhasil sembuh dari kecanduan seks yang dialaminya. Dalam memoarnya, Erica menulis, saat berusia 12 tahun, masturbasi menjadi pelarian dirinya.

Ia merasa terintimidasi dari teman-teman, terisolasi dari keluarga, dan berkali-kali gagal menjalin hubungan dengan pria yang dicintainya. Selama bertahun-tahun, ia menggunakan seks dan pornografi untuk menghindari perasaan yang menyakitkan.

Akhirnya, ketika akhirnya sadar ia mengalami kecanduan seks, erica berhasil diterapi. Erica berbagi tentang mitos kecanduan seks, yang masih sering disalahpahami masyarakat.

1. Semua pecandu seks pernah alami pelecehan seksual

Sejak kecanduan seks di usia 12 tahun, Erica terkena skoliosis dan harus mengenakan penjepit belakang, yang membuatnya merasa seperti orang buangan di antara teman-temannya. T

Tidak semua pecandu seks punya riwayat pelecehan seksual. Menurutnya, tiap orang punya trauma di masa lalu. Trauma itulah yang bisa membuat seseorang kecanduan seks. Namun trauma itu sendiri, tidak harus selalu berhubungan dengan seks.

"Aku ingin menunjukkan, kecanduan seks bisa terjadi pada siapa saja. Bahkan dalam kondisi normal dan stabil," ujar Erica.

2. Semua pecandu seks adalah pria

Tidak semua pria pecandu seks. Menurut Erica, banyak wanita yang juga adalah pecandu seks, tapi mereka takut membuka dirinya tentang kecanduan seks.

Ini karena mereka adalah wanita. Ada perasaan akan dipermalukan bila ketahuan kecanduan seks.

3. Jika Anda lebih sering bercinta, maka Anda pecandu seks

Anda tidak bisa menilai kecanduan seks dari seberapa sering seseorang berhubungan seks, menonton film porno, atau masturbasi.

"Dulu aku menggunakannya (masturbasi) untuk melarikan diri dari masalah atau menjaga jarak dari orang lain karena aku sangat takut dengan keintiman," tambah Erica.

4. Ada kemungkinan untuk memiliki kehidupan seks yang sehat setelah kecanduan seks. 

Bagi Erica yang sudah diterapi, ia sekarang justru menikmati hal-hal porno, seks, dan hal lain yang dulunya itu merusak hidupnya.

"Aku menyadari, masalahku tidak ada hubungannya dengan pornografi dan seks. Ini lebih berkaitan dengan rasa malu yang saya hadapi terkait hal-hal itu," tutupnya.


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.